Rabu, 24 Agustus 2011

Mental Meledak

Ini cerita ketika menjadi sesorang yang aneh. Mencintai dunia yang kasat mata melebihi dunia yang nyata. Menjadikan seorang "stalker" sebagai panutan dan menjadi profesi yang menguntungkan...
oh... ini aneh memang tetapi terlihat normal untuk dia. Takut tau kenyataan, pergi menjauh ketika hampir bersentuhan dengan nyata.
Iba, menghina , terpojok hanya di tertawakannya.
Meledakkk!!! hampir itu mungkin perasaannya, berharap yang berkelanjutan. Tertidur dengan penuh kenikmatan hingga klimaks dengan imajinasi kotor tentang setiap kejadian palsu

Selasa, 23 Agustus 2011

Berharap hilang

Rasanya Marah, putus asa dan kecewa jadi satu
masa aku harus memakinya
masa aku harus mengeyahkannya dulu
masa aku harus mengabaikannya
aku juga tidak ingin dia dipojokkan, aku tidak ingin dia merasa menjahatiku
aku ingin berteriak kepada orang-orang yang menyuruhku membungkam mulutnya
"dia itu temanku !!!"

p.s:aku tidak bisa marah, karena dia temanku. aku sayang temanku. walaupun naif

Jumat, 19 Agustus 2011

Penghukum

"bunuh saja binatang itu"
mereka buru-buru menginjak,memukuli, dan penghormatan terakhir mereka meludahinya
"hey dia masih bernafas !" kata wanita itu sambil menunjuk binatang yang telah tersungkur
"biarkan saja dia mencoba menikmati mautnya" banyak yang menyetujui wanita yang terlihat paling marah.
"selamatkan aku" binatang itu berbicara dengan suara pelan
"menyelamatkanmu?!" wanita yang marah kemudian mendekatinya
"ya maafkan aku" dengan nada memohon
"coba kau ingat-ingat lagi ketika kau mulai menelanjangi aku, kau menyutubuhi aku dengan paksa dan menghilangkan semua harapanku secepat kau melepaskan nafsu birahimu !!!"
dibentaknya dengan kencang bianatng itu
"nikmatilah hukuman untuk binatang yang seenaknya, salahkan dirimu sendiri yang telah menghancurkan seorang normal"
Semua yang melihat tertawa kencang, dan meninggalkan binatang itu.

Senin, 08 Agustus 2011

Kami Para Mata


"mataku sangat susah melihat akhir-akhir ini" mata kecil berbicara cukup keras
"ah diam kau mata kecil! bukankah memang dari dulu kau seperti itu" mata besar menimpali
"tapi tidak separah ini" mata kecil berkeras
"setidaknya kau masih bisa melihat dunia dengan luas mata kecil" tiba-tiba mata indah berkata
"itu tidak sebanding dengan matamu. Banyak dipuji orang" mata besar terlihat iri
"mata kananku memang indah, mata besar. Tetapi lihat mata kiriku" mata kecil dan mata besar melihat ke arah mata kirinya mata indah "hey! kemana mata indahmu yang sebelah kiri?" tanya mata besar dengan terkejut
"mataku di cungkil orang" mata indah mulai menangis
"mengapa bisa seperti itu? kau terlihat cacat. Sayang sekali" mata kecil berbasa-basi
"aku dijadikan saksi mata kebusukan perilaku, maka mataku dicungkil sebagai bayarannya. Padahal aku tidak sengaja melihat hal tersebut, itu bukan salahku" tangisan mata indah semakin menjadi-jadi.
"sudahlah, setidaknya dosamu sekarang hanya setengahnya saja. Tidak seperti kami yang akan terus melihat kesalahan dengan sempurna karena kedua mata kami utuh" hibur mata besar yang disetujui oleh mata kecil.

Petang Bersama Bayangan

"lihat sudah petang sekarang" aku menunjuk langit yang telah berubah bewarna jingga
Tanpa berkata apa-apa dia bergegas pergi. Meninggalkan aku sendiri bersama bayangannya yang masih setia menemaniku.
MEmang aneh, ketika wujud nyatanya pergi, bayanganya yang selalu setia menemaniku. berjam-jam, berhari-hari bahkan setiap malam aku membutuhkan teman. Aku tau, bayangannya saja jauh mencintaiku melebihi dia.
Aku tidak mengeluh, tidak menangis. Aku hanya ingin suatu hari banyangannya bisa bersatu dengan tuannya menemani aku seperti yang dilakukan bayangnyya sekarang.