Sabtu, 21 Agustus 2021

They Call Me Babu

 -They Call me Babu-


Film dokumenter hitam putih yang bersetting sekitar tahun 1940an antara Jakarta, Bandung dan Jogja dengan durasi kira-kira 1 jam hasil arahan dari Sandra Beerends.

Sepanjang film kita dibuat menyatu dengan tampilan adegan per adegan dengan bantuan Narator.


Bahasa narasi yang unik dengan pembawaan suara yang tidak kalah menarik membuat kita semakin larut dengan isi cerita.

Sudut pandang seorang wanita bernama Alima yang sempat menjadi pembantu (Babu dalam bahasa kolonial) yang loyal mengabdi dengan satu keluarga Belanda.


Kehidupan zaman dulu terlihat jelas, dari suasananya, senyum ceria anak-anak masa itu, Candi Borobudur tempo dulu, Pak Soekarno masa muda, Indonesia menuju kemerdekaan dan banyak hal menarik yang memang membuat kita tidak bosan menontonnya.


Ga usah terlalu banyak yaa aku ceritakan, yang jelas film ini memang wajib tonton ! 


p.s : Terima kasih Mas Farid atas rekomendasi filmnyaa 🙂🙏🏻

Kemarin² aku nonton gratis di https://filmpixs.com/

Rabu, 18 Agustus 2021

Bebas

Aku duduk diam memandangi masakan yang sudah dingin.

Aku melihat jam didinding, tepat jam 10.00. Cukup malam jika dia beralasan bertemu klien.

Sudah berkali-kali aku memintanya pulang tepat waktu tapi dia memilih mengulur waktu diluar.

Kuakui memang sudah menjadi resikoku, dari awal sudah di prediksi seperti ini. Tapi sikapnya kala itu membuatku luluh juga menerimanya dengan mudah.

Akhirnya aku membuang semua masakan yang telah aku siapkan, sama seperti hari-hari kemarin dengan tekad mengabdi aku tetap menyiapkan sepenuh hati tetapi selalu berakhir di tempat sampah.

"Iya memang sebaiknya disudahi saja" kataku memandangi gelas yang berisi teh setengah hangat ditanganku

"Bagaimana orangtua mu?" tanyanya ketika sempat terdiam beberapa saat

"Tidak usah dipikirkan. Itu urusanku" Memandang wajahnya saja rasanya aku sudah enggan

Kami sama-sama diam.

Kembali kebeberapa tahun yang lalu dimana aku baru mengenalnya. Dengan masa lalunya yang berbanding terbalik dariku, aku menerimanya dengan ikhlas dengan harapan itu semua masa lalu. Ternyata aku salah, apa yang menjadi peringatan dari sahabatku aku abaikan.

'Semua orang punya masa lalu' selalu itu yang menjadi kilahku.

Setahun, dua tahun hingga lima tahun dengan sempat beberapa kali aku keguguran dikarenakan menahan beban mental yang diciptakannya. Tidak pernah sekalipun dia bisa 'memelukku'.

Dia hanya datang ketika meminta bersetubuh, dengan wajahnya yang bernafsu dan tidur sebagai penutupnya. Yah... aku hanya sebagai tempatnya melepas nafsu sesaat yang lantas dilanjutkannya diluar rumah. Entah hanya beberapa kali atau sering kali.

Perbedaan prinsip aku sebagai wanita konvensional membuat dirinya bosan. Sering kali dia mengatakan, "Kau terlalu lurus, membosankan". Awalnya aku menganggap itu bentuk candaan tetapi lama-lama aku memahami itu isi hatinya.

Akhirnya aku memilih menjadi jiwa yang bebas. Aku ingin menata hidup, menyambut pagi dengan tidak sabar dan tertidur lelap tanpa menunggu-nunggu dia yang tidak pulang dan membiarkan tempat tidur sisi sebelah kiriku kosong.


Senin, 02 Agustus 2021

1986

 

Kembali ke tahun 1986.
Ketika kau menjemput dengan mobil bapakmu yang berbentuk kotak dan bewarna abu-abu metalik.
Niatmu mengantarku pulang kerumah dimalam hari, biar aman alasanmu.

Sambil sesekali kepala kita bergoyang ke kanan kekiri mendengarkan lagu.
Tiba-tiba ada motor begundal rapat ke mobilmu, membuat konsentrasimu buyar

"Sialan!!!," umpatmu kencang yang walaupun percuma tidak didengar si begundal.

Aku tertawa geli, bisa juga kau sekesal itu

Lalu kami mendengarkan kembali lagu berbeda dari kaset pita yang terus berputar.

🎙 : Savage Night at the Opera - Destroyer

Potensi dan Wawasan

 "Lulusan Universitas mana?"

Pertanyaan ini pasti sering banget kan ditanyakan kita atau orang lain ketika kita terlibat percakapan. Entah bermaksud basa-basi atau sekedar sebagai tolak ukur seberkualitas apa kamu atau mereka di mata kita sebagai masyarakat. Ga dipungkiri, aku salah satu yang sempat mempertimbangkan hal itu juga penting.

Tapiii pertanyaan itu salah satu pertanyaan yang tidak lagi aku tanyakan ke orang lain sebagai validasi sejak 5-6 tahun yang lalu. Banyak pertanyaan yang aku tidak lagi gunakan sehari-hari.

Karena dengan bertambahnya umurku (baca : semakin tua) aku semakin yakin kalau kualitas seseorang ga melulu lulusan universitas mana pun. Tapi karena dirinya memang selalu upgrade knowledge dan lain-lainnya sampai dia punya value yang ga kalah sama yang lulusan manapun.

Banyak orang yang membuat aku kagum dengan kegigihan mereka.

Jadi intinyaa jalan hidup masing-masing orang berbeda-beda, ada yang beruntung atau rezekinya bisa dapet pendidikan sampai setinggi-tingginya. Nah aku yakin yang belum bisa untuk mencapai itu bisa ditunjang dengan terus menggali potensi dan wawasan yang luas.