Kamis, 27 Mei 2010

Kata-kata Ibu

Cafe ini memang remang-remang dan aku pun sengaja memilih duduk disudut yang tidak banyak pengunjung lainnya. Dari sini aku dapat mengamati sekelilingku dengan leluasa. Kebanyakan pengunjung disini memiliki satu persamaan, yaitu mereka semua berwajah muram.
Sampai aku melihat seseorang wanita, dia terlihat berbeda, yang masih dapat tertawa dengan lepas.
Tidak berapa lama dia mendatangiku dan bertanya
“bolehkah aku duduk disini?”
Aku mengiyakan karena aku sendiri tidak keberatan untuk ditemani
“aku bosan dengan mereka” katanya tiba-tiba
Tatapan bingungku untuknya, membuat dia menjelaskan arah pembicaraannya tadi.
“iya, aku bosan dengan orang-orang itu” sambil dia menunjuk kerumunan orang yang tadi ditinggalkannya
“bukankah tadi kau tertawa bersama mereka?”
“aku bosan dengan tingkah pola mereka. Mereka tidak kunjung melepaskan topeng yang sedang mereka kenakan”
“mengapa kau bisa berkata seperti itu?”
“aku seorang wanita penghibur. Telah banyak menemui berbagai macam orang, jadi aku dapat dengan mudahnya mengetahui seperti apa mereka sebenarnya”
Hening... aku merasa canggung, sedangkan dia menghirup perlahan rokok yang dihisapnya.
“tahukah kau sejak kapan aku menjadi wanita penghibur?”
Aku menggelengkan kepalaku
“sejak ibuku berkata, jualah harga dirimu nak”
Dia menghembuskan asap rokoknya, dan berlalu pergi.
***
Aku duduk disisi ibuku yang sedang sakit, dengan air mata yang tidak dapat kutahan.
“mengapa kau menangis nak?” ibu bertanya ketika melihat wajahku dan air mataku
“tidak bu, aku hanya teringat kata-kata yang sering ibu ucapkan untukku, bahwa jagalah terus harga diriku”

Gadis dengan Egonya

Ketika siang itu, aku duduk di bawah pohon yang teduh menghadap ke arah sekumpulan anak-anak kecil bermain. Tiba-tiba ada seorang gadis tanggung yang mendatangi aku dan bertanya

“kak, pernahkah kau berdebar-debar ketika melihat seorang pria?”


Jujur saja aku yang tidak mengenalnya merasa terkejut dengan pertanyaannya


”berapa umurmu dik?”


”15 tahun”


”ya aku pernah merasakannya, mengapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu ?”


”tidak... aku hanya ingin tahu”


Gadis itu bercerita bahwa dia tiba-tiba merasa berdebar-debar ketika melihat seorang pria, hanya sebatas itu. Dia tidak berani untuk mendekati pria itu, entah karena dia gadis yang pemalu atau gadis yang memiliki ego yang tinggi.


”Setiap aku melihatnya, aku seperti orang bodoh” begitu katanya menutup pembicaraan kami.


Karena waktu telah sore kami kembali pulang kerumah masing-masing.


Keesokan harinya ketika aku kembali bertemu dengannya, dan kali ini wajahnya terlihat lebih gembira.


”kak, pernahkah kau berhenti berdebar ketika melihat pria kemarin yang membuatmu berdebar?”


Aku mengangguk, dan dia bersorak sorai


”aku berhasil mengeyahkan perasaan berdebarku kak, karena pria itu berpura-pura tidak tahu perasaanku”

Ya, aku tau dia seorang gadis yang ber’ego tinggi

Senin, 17 Mei 2010

Semangat LagiLagi dan Lagi

Pertama-tama terimakasih untuk temanku yang visit blogku, adam yang bilang blogku nice, dengan devi yang suka dengan blog ini, terus oyien teman masa SMA yang bilang kangen aku gara-gara baca blog ini (miss u so mush dear), dan LUDHY (sesuai requestnya nama dengan huruf besar semua) yang ngga bosan baca blog ini dan selalu suka dengan penggunaan kata-kata yang aku pakai, dan suka dengan filosofi cara menulis aku. Makasih Lud semoga jikalau berjodoh dengan kaka saya anda bisa menjadi ipar di masa depan..hahha
Pokoknya makasi sama semua yang baca, visit, dan ada juga yang bersedia ngfollow. Tanpa kalian aku ngga ada semangat nulis dan berkarya...asikkk... kaya omongan orang terkenal aja...haha
O ya aku bikin blog ini juga dengan niat yang baik, salah satunya aku pengen teman-teman deketku yang jauh di Samarinda bisa tau kegiatanku disini, bukannya berniat pamer. Tapi sesuai janjiku waktu hari terakhir di sekolah (jadi inget dan sedih lagi) dengan nangis-nangisan aku janji dengan teman-temanku kalau aku bakalan tetap keep contact dengan mereka, nah karena aku ngga mungkin cerita semua kegiatanku disini dengan mereka jadi aku tulis di blog dan berharap mereka baca, jadi kalau suatu hari aku mau share masalah mereka bisa dengan nyambung share sama aku :)
Dan kalaupun aku ngga sempet selalu keep contact dengan mereka, mereka bisa dengan paham aku ada hal yang berhalangan. Dan juga aku kadang suka keberatan dengan pernyataan temanku yang bilang “nadya sih enak pindah kejakarta, jadi anak gaul” padahal pemikiran seperti itu salah banget, kan ada beberapa entriku yang aku kesulitan dengan cara kehidupan disini, aku pengen mereka tau kalau aku hidup disini itu malah ngerasa kesepian di tengah keramaian, malah ngerasa suram. It’s fact !!! kalau memang mereka mau hidup disini, aku sangat amat bersedia tukeran deh. Biar aku tinggal di kota kecil daripada dikota besar yang ngebuat kehidupanku ngga nyaman.
Kalaupun ada beberapa entri yang sedikit “miring” kaya ‘Aparat ngga BERETIKA’ aku ngga bermaksud memojokan pihak itu tapi aku pengen share aja disetiap kejadian pasti ada pelajaran. Tapi ada aja yang emosi bacanya, kaya salah satu temanku sms aku dengan bilang “o ya nad polisi yang di blog itu pengen gue tampol dah”. Aku sih ketawa aja bacanya, aku ngga bermaksud menghasut orang lain. Tapi kalau memang seperti itu berarti mereka yang ngebaca bisa ikut ngerasain bagaimana kejadian-kejadian yang ada dihidupku.
Yah aku berharap yang ngebaca ngga akan bosan-bosan baca blogku. Ayo-ayo visit terus..hehe

Minggu, 16 Mei 2010

Kayuhannya

Sepeda itu tetap dibiarkan dalam posisinya seperti hari-hari kemarin ketika aku melewati rumah itu. Ya, disana tinggal seorang gadis muda. Tinggal sendiri, dengan dunianya. Bagiku dan orang sekitarnya, gadis itu cukup menarik dengan semangatnya yang terlihat jelas. Tetapi entah mengapa akhir-akhir ini aku tidak melihatnya keluar dari dunianya, dia semakin terpuruk dengan kehidupannya sendiri.
Semula aku pernah melihatnya mengkayuh dengan kencangnya sepeda dari tempat ketempat, ketika ada kesempatan aku sempat bertanya dengannya
“mengapa kau kayuh secepat itu sepedamu?”
“aku sedang mengejar harapanku”
Jawaban singkat yang sempat membuatku iri, dia seorang gadis muda yang gigih dengan pengejarannya, sedangkan aku hanya menatap diam harapanku sampai harapanku menjauh.
Hari ini pun aku sempat terkejut ketika melihat gadis itu keluar dari dunianya dengan penampilan yang sedikit berantakan dan tidak terurus, tiba-tiba tanpa aku bertanya dia berkata dengan suara sedikit serak karena terlalu banyak menangis
“aku kehilangan harapan itu”
Entah mengapa aku juga merasakan kesedihan gadis itu, dan dia kembali masuk dengan sempat melempar senyumannya yang tetap hangat tetapi dengan wajah yang muram.
Berhari-hari aku tidak melewati rumah itu sampai akhirnya aku melihatnya kembali mengkayuh sepeda itu tetapi dengan perlahan-lahan.
Aku kembali bertanya
“mengapa sekarang kau kayuh dengan perlahan?”
Dengan senyuman dan wajah yang berbinar dia menjawab

“aku ingin mengejar harapan baruku dengan perlahan, karena aku takut mengecewakan diriku sendiri jika hasilnya tidak seindah seperti kemarin”

Kepergian

Ini ceritanya untukku, ketika dia berkemas dengan sisa-sisa harapannya. Dan dengan mata yang sembab dia sempat menitipkanku sesuatu, bukan secarik kertas, bukan barang pula, tetapi sesuatu yang lebih bermakna dan aku yakin akan lebih membekas di hati pria itu
Dengan berusaha sangat keras aku terus mengingat apa isi kalimat perkalimat yang diucapkannya, dan berharap suatu hari ketika aku bertemu dengan pria itu aku dapat dengan lantang menyampaikannya.
Hey! Aku masih ingat dengan kalimat itu
Dengarkan dan resapi, agar lebih banyak yang dapat menyampaikan pesannya untuk pria itu
“Aku akan pergi
Aku tidak lagi akan menantimu
Aku telah lelah
Menunggumu, menyayangimu meskipun ini pertama kalinya bagiku untuk bisa menyayangi seseorang selain keluargaku, berdebar-debar ketika melihatmu, dan telah lelah untuk mengharapkanmu datang dan menyadari aku selalu disini
Jangan tersenyum untukku
Jangan melambaikan tanganmu
Jangan perdulikan aku ketika aku berjalan semakin menjauhimu
Tapi kamu cukup biarkan aku memandangmu sampai puas
Setelah itu aku benar-benar akan pergi
Dengan keyakinan bahwa menemukan sesuatu yang akan menempati sisi hatiku yang dulu utuh untukmu”
Ya begitulah kalimat yang dia titipkan kepadaku sebelum akhirnya dia pergi menghilang. Aku yang cukup memaklumi dengan keadaannya yang semakin hari semakin rapuh dengan ketidakpuasaan dalam menyayangi orang. Berusaha untuk menepati janjiku untuk menyampaikannya dengan pria itu.

Mencoba Bercerita

Aku ingin mencoba bercerita dengan semuanya, walaupun dengan tata bahasa yang masih kacau, dan terkadang dengan makna yang tidak terlalu jelas. Aku ingin semua tau kehidupan ini berbagai macam pembelajaran didalamnya. Disetiap kejadian, waktu, hari, dan orang pasti terselip makna yang mengharuskan kita untuk terus menjadi lebih baik.
Tunggu dulu ! aku juga ingin bercerita tentang hiruk pikuk, sorak sorai, bahkan jeritan hatiku maupun orang lain yang menitip cerita untukku. Ya... selalu seperti itu, tidak semua orang pandai bercerita, bahkan aku sendiri terkadang hidup dalam rangkaian kata dan baris perbaris kalimat ambigu. Yang dengan nyaringnya aku teriakan “ ini duniaku dalam rangkaian kata, aku tidak minta orang lain untuk mengerti.”. Hal ini bisa di anggap keegoisanku dengan menumbuhkan antipati dengan orang lain. Tapi tenang saja, aku tidak sekejam itu yang melarang orang untuk mengetahui ceritaku. Oleh karena itu biarkan aku mencoba bercerita...

Susah untuk banyak kejujuran

Selama hampir 3 tahun aku tinggal di Kota ini, memang sudah banyak yang bisa di jadiin pelajaran hidup. Tapi hal yang paling aku benci dari semua fase disini adalah semakin gampangnya kita menjadi orang yang munafik. Memang sii dimana-mana pasti selalu ada orang yang munafik, tapi disini lebih banyaknya orang seperti itu, banyak orang yang bersaing dan pura-pura baik.
Sama juga dalam pertemanan, sebenernya aku pengen kalau misalnya dengan sesama teman bisa jujur. Waktu zaman-zaman SMA dulu aku bisa dengan jujurnya ngomong dengan temanku kalau misalnya aku ngga suka dengan sikap atau sifatnya (tapi dengan bahasa yang ngga menyinggung juga ya). Dan temanku bisa dengan jujurnya juga ngomong sifat atau sikap apa yang ngga disukain dari aku, dan bahkan kita bisa sampai nangis bareng kalau lagi intropeksi diri karena waktu itu aku dalam satu kelompok ada 6 orang. Jadi masing-masing saling jujur. Itu yang ngebuat kita jadi lebih deket dari pada kelompok yang lainnya.
Tapi ko sekarang aku ngerasa yaa, ngga terlalu ada kejujuran dalam pertemanan. Aku berusaha jujur dengan temanku, tapi temanku ngga jujur. Sebenarnya aku ngga nyalahin juga dengan sikap yang begitu, mungkin temanku punya alasan sendiri juga ya. Tapi aku jadi sedih aja kalau misalnya ada masalah karena kita ngga jujur yang ada jadi langsung ngejauhin masing-masing. Padahal aku sudah temanan hampir 3 tahun jugakan. Aku jadi mikir memang beginikah cara berteman disini atau bagaimana ya. Terus mau sampai kapan kita selalu lebih baik menyimpan kebohongan.
Makanya kadang-kadang kalau aku marah atau ada tersinggung dengan teman dekatku, biasanya kalau ngga bisa jujur secara personal, aku bisa sms’in aja.hehe
Memang si kaya pengecut cuma beraninya sms, tapi menurutku itu lebih baik daripada ngga sama sekali. Ngga Cuma kalau lagi marah aja, tapi aku juga bakal sms temenku kalau misalnya ada sikapku yang nyebelin.
Kaya baru-baru ini, akukan jalan-jalan nonton serombongan, karena temanku yang ikut lumayan banyak jadi kita misahin jadi 2 kelompok. Tapi aku jadi ngerasa kalau hal itu malah ngebuat kita semua ngga asik. Makanya sampai rumah aku sms teman-temanku. Yah isinya ngga usah panjang-panjang, cukup sms aja “maaf yaaa” kan mereka pasti reply sms kita. Baru deh aku jelasin, kalau aku minta maaf karena ngga asik tadi, aku tau ini bukan juga salahku tapi dengan begini kan kita jadi bisa saling share. Akhirnya temanku juga jujur kalau dia ngga terlalu ngerasa asik sama jalan-jalannya. Kalau udah begitu aku pasti jadi lega. Jadi memang bersikap jujur itu lebih baik ya, daripada kita keseringan ngomongin orang dari belakang. Aku juga ngga selalu bener sii, makanya selalu aja ngomong apa adanya kalau lagi ada masalah atau apapun, tapi tetap dengan menjaga perasaan orang lain.
Dengan bersikap begini sii, aku selalu beharap tetap bisa jadi nad yang dulu. Yang berusaha jujur dengan orang sekeliling. Ngga karena pindah kesini, aku langsung berubah. :)

Kamis, 13 Mei 2010

umur...umur...umur

-->
“ nadya angkatan berapa? ”
“ kira-kira berapa? ” selalu membalas bertanya
“ 2009 y ? ”
“ah memang kliatannya angkatan segitu y?” dengan wajah berbinar tanpa menjelaskan angkatan berapa sebenarnya
Hahaha memang begitulah aku kalau ditanya orang lain, sejak umur yang menginjak kepala 2, rasanya berat deh untuk jujur ke publik. Bukan bermaksud mau jadi pembohong, tapi memang menurut pandanganku cewe itu memang lebih susah jujur soal umur dibandingkan cowo. Apalagi aku kalau di depan junior ngga terlalu suka dipanggil “kaka” dan untungnya aku bukan orang yang terlalu gila hormat asal juniorku itu juga bisa bersikap menghargai aku. Tapi kadang-kadang ada juga deh junior yang kalau sudah dibaikin begini suka bersikap kurang sopan. Kaya contohnya ya, aku dan temanku si Cita, senior yang lumayan santai dengan junior. Tapi gara-gara sikap yang begini ada beberapa junior yang bersikap kurang pantas, kaya beberapa hari yang lalu aja. Aku dan cita duduk di depan kampus abis selesai kuliah, pada saat itu aku sendiri lagi dalam keadaan emosi, kecapean, dan lagi curhat sama cita. Eh tiba-tiba ada junior yang manggil dengan ngga sopannya dan setengah teriak “nadya sini deh”. Pertama dia ngga banget karena kalau seseorang ada perlu dengan orang lain dia yang harus nyamperin, kedua dia manggil aku dalam keadaan akunya lagi emosi. Pertama dia manggil begitu aku pura-pura ngga denger, dan dia ngga kapoknya manggil aku dengan intonasi yang sama, karena aku kesel jadi aku bentak aja dia “Apaan sih!!!” dari situ dia sempet diem. Aku kira dia kapok, dan sayangnya TIDAK !!! dia manggil aku lagi untuk yang ketiga kalinya pada saat aku lagi makan somay, langsung aja aku teriak “ Lagi Makan, Liat ngga sih!”. Hahah kali ini dia bener-bener diem. Sampai akhirnya dia yang ngedatengin aku. Jadi yah kita memang harus bisa bersikap fleksibel y, biar semua orang tetap bisa bersikap sopan dan menghargai kita.
Oke kembali lagi kemasalah umur, ya aku rasanya semakin tua deh, tapi kadang-kadang orang terdekatku malah suka marahin aku gara-gara ngga mencoba untuk jujur. Hahahha mau jujur tapi kan susah, setidaknya aku juga ngga berbohong yang merugikan orang lain ko :)
O ya ada nii kejadian yang sangat mengena hati seputar umur dan kemudaan. Pada suatu hari ketika aku lagi libur dirumah lengkap dengan menggunakan daster, kan ada tukang sol sepatu yang lewat kebetulan ibuku mau ngesol sepatunya, tapi aku yang disuru manggilin. Ya udah aku panggilin, dan setelah itu aku nemenin abangnya sambil ngobrol-ngobrol, tiba-tiba si abang berkata
“neng, ngga sekolah?”
“ngga bang, saya lagi libur kuliahnya”
“oh udah kuliah, saya kira umurnya baru 13 tahun".
Kaget bercampur kegirangan deh..hahah entah karena sii abang mau aku tambahin sepatu buat dia ngesol, atau Cuma mau boong, atau bahkan buat godain aku(yang ini jelas pikiranku yang berlebihan). Yang jelas aku seneng banget. Alhamdullilah banget sama sii abang. Dan setelah itu aku langsung ngedoain abangnya bisa menjadi orang yang sukses..hehe
Ngga cuma itu, pas tadi malam aku nemenin adeku beli kertas origami buat adeku, kan aku juga sibuk-sibuk milih-milih pulpen, masa tiba-tiba mbanya bilang sama aku “Lagi ujian ya?” haaaaaaaa!!! Brati aku dikira anak sekolah donk, aku langsung aja senyum-senyum(lagi-lagi ngga berminat untuk mengklarifikasi kalau sudah kuliah..hehe)
Jadi ya itu kenapa alasan beberapa cewe ngga mau jujur soal umur karena setelah memasuki umur kepala 2 pasti cewe akan merasa tua dan manula(ini khusus aku T_T)

Aparat ngga BERETIKA

Ada kejadian yang bikin aku tambah yakin dengan sterotip seputar aparat. Bahwa beberapa dari mereka kadang-kadang ngga punya etika. Jadi begini, waktu itu aku lagi jalan-jalan sama ibuku, adeku, kakaku, dan satu teman dari ibuku. Maksud kami jalan-jalan yaitu buat ngenterin temennya ibuku pulang. Naa terus ibuku ini ngga ngeliat tanda di jalanan, berhenti sebentar. Tiba-tiba pas mau jalan lagi ada polisi yang ngeberhentiin ibu. Masa ngga ngomong apa gitu sebagai bahasa pembukanya dia langsung ngomong “ibu buta huruf ya, ngga bisa baca tandanya” aku yang duduk di sebelah ibu tu yang langsung keget juga, itu polisi yang sudah keliatan bapak-bapak ngomongnya kasar banget. Respon ibu si Cuma bilang “maaf pak” terus langsung pergi.
Yang aku sesalkan ya, bisa ngga tu bapak yang seharusnya sebagai aparat bisa lebih beretika dibandingkan orang yang ngga sekolah sekalipun. Dia ngomong begitu sama ibu, malah membuat aku berpikir, bapak itu kaya orang ngga pernah sekolah. Cara bicaranya bener-bener ngga menunjukan aparat yang bijak. Jadi satu point lagi yang ngebuat aku kecewa dengan pihak aparat.
Dan ngga cuma itu, aku pernah sekali ngeliat ada aparat yang ngeberhentiin truck dengan menodongkan senjata di depan kaca pengemudinya. Sumpah ya aku ngga mengada-ada, dari situ aku ngerasa agak ngeri juga kalau sampai diposisi supir truck itu.
Jadi menurut aku pelajaran yang ada sii, hati-hati dengan cara bicara kita, dan sikap kita. Kadang kan karena kita mau terlihat lebih pintar maka omongan kita menyudutkan orang lain, tapi hal ini kadang malah yang bisa berbalik membuat kita keliahatan bodoh.
Aku juga berusaha sebisa mungkin untuk memikirkan dulu setiap omongan, yang sekiranya ngga menyinggung orang lain :)

Mapala goes to Baduy




Pertama terimakasih untuk semua anak Mapala FTI (Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Tekhnik Informatika) yang asik, baik bangetbanget waktu di Baduy kemaren-kemaren walaupun nadya cuma bedua dari Fikom. Jadi kemaren-kemaren aku sempet ikut baksos anak-anak mapala ke Baduy, aku pikir aku bakal dicuekin dan diasingkan sampai mereka ngga sadar kalau aku ketinggalan di Baduy. Dan ternyata itu pikiran YANG SANGAT AMAT SALAH dan BERLEBIHAN. Mereka baik-baik banget, kita semua becanda-becanda kaya udah kenal aja, padahal baru kenal. Dan kerennya mereka ngga sungkan-sungkan bantuin aku naik gunung dan turun lembah dengan ikhlasnya. Pokoknya mereka sangat perduli teman deh. O ya ada beberapa hal yang menjadi pelajaran seumur hidup dari baduy : Yang pertama mereka hidup non teknologi dan listrik, jadi kalau malam mereka hidup dengan kawasan Super Duper gelap, cuma di rumah mereka aja yang memakai lampu minyak. Jujur ya selama beberapa hari disana dengan tanpa adanya listrik yang ngebuat keadaan jadi gelap gulita ngebuat aku jadi sadar aku ngga bakal bisa hidup sehebat mereka. Kompor pun masih pake kayu bakar, jadi kalau mau masak jadi agak lebih lama. Dan yang pasti ngga ada tv, radio, komputer dan internet. Aku aja kalau sehari ngga nontn tv pasti ngerasa ketinggalan banget. Apalagi mereka ya, dan lagi jadi kalau malam hiburan mereka apa donk ya. Jadi selama disana aku sama teman-teman jadi ngerasa minim hiburan sampai-sampai kami pada mainan zaman dulu yaitu ‘ABC ada 5 dasar” dari nama-nama kota, negara, sampai hewan..Lucu juga sii, kita jadi bisa nginget yang dulu-dulu..hehe Yang Kedua kamar mandi mereka sangat amat ajaib, kamar mandi yang terpisah dengan rumah, jadi kalau mau kekamar mandi harus keluar rumah dulu belum lagi kamar mandi yang ngga ada penerangan selain penerangan remang-remang dari lampu minyak, dan lagi kamar mandi buat BAB beda dengan kamar mandi biasa. Ada lagi yang lebih parahnya, ada 1 kamar mandinya yang sama sekali ngga ada pintunya. Gara-gara itu ada deh cerita lucunya, jadikan temanku yang namanya sebut saja bokir (untuk menyelamatkan reputasinya) dia mandi di kamar mandi yang ngga ada pintunya, dan jadi dia sukses jadi tontonan seru orang-orang baduy..hahhahaha agak heran juga sii kenapa juga orang mandi malah ditontonin, untung aja temanku itu cuek akud. Jadi dia ngga perduli. Apalgi kamar mandi yang didaerah Baduy dalam, kita bisa menyebutnya alam terbuka, karena mereka ngga punya kamar mandi, jadi mereka kalau mau mandi dan segala macamnya mesti kesungai. Yang ketiga dari segi makanan. Selama 3 hari 2 malam menu makanan yang disajikan adalah mie instant mekar (yang jujur aku sendiri benci banget), ikan asin (awalnya aku suka tapi sekarang jadinya ngga) dan nasi putih (nasi yang sangat amat susah ditelan). Dari situ juga sii belajar paham ama kondisi, dan bisa ngebuat kita berpikir juga mereka dengan menu yang itu-itu aja bisa terima dan ngga mengeluh. Tetapi mungkin karena aku yang terbiasa ada beberapa pilihan, jadi kurang bisa terima juga. Dan pasca menu makan yang diulang-ulang itu, waktu pulang aku jadi puas-puasin makan sayuran, daging-dagingan dan sementara waktu menjauhi mie instant dan ikan asin. Yang keempat dari segi kehidupan sosial, yang aku bener-bener dapet pelajaran sii, waktu di Baduy dalam. Pagi-pagi banget yang perempuan pergi rame-rame kelumbung padi dan rame-rame juga numbuk padi biar jadi beras. Dan ngga cuma perempuan dewasa tetapi anak kecilnya yang perempuan juga. Aku jadi agak malu pas bangun udah agak siangan. Apalagi bangunnya karena ayam ngga berhenti berkokok di bawah rumah (karena rumah mereka, rumah panggung). Dan ngga cuma itu, pokoknya kalau sehabis magrib, mereka semua sudah masuk kerumah masing-masing, jadi sudah sepiiii banget. Dan ada lagi yang ngebuat aku ngerasa mereka hebad sekaligus ngeri, anak lelaki yang masih kecil juga sudah dikasi golok dalam ukuran kecil. Kaya salah satu anak lelaki yang masih kecil yang namanya Sapri kira-kira umur 3 tahun dia sudah dikasih golok kecil sama bapaknya, pas ditanya buat apa. Bapaknya bilang kalau itu biar sapri bisa belajar berladang dan bisa lebih mandiri. Dan bapaknya meyakinkan kalau golok itu ngga akan dibuat berantem. Hebat ya, coba aja anak kecil kota dikasih golok, yang ada malah Berbahaya. Banyak lagi sii pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman kesana, ditambah aku baru ngerasain 4 jam lebih naik turun gunung jalan kaki. Dan hasilnya sampai aku balik lagi ke Jakarta kakiku rasanya mau copot, begitu juga badanku, dan jadi sakit demam gitu...hahhaha tapi hal ini ngga bikin aku kapok ko. Aku malah bersyukur banget bisa ikutan acara begini. Ditambah lagi aku punya banyak teman baru..hehhe