Minggu, 25 September 2011

Pandang



tidak terasa sudah 4 tahun, aku sering duduk disini. Memandang lurus kedepan atau bercanda ramai dengan teman-temanku. Tempat ini semakin nyaman, rindang pohonnya kadang membuat kantuk. Yang tidak berubah hanya keadaan lalu lintas diseberang, tetap padat membosankan.


sebentar, sebentar lagi aku diharuskan pergi dari sini. semoga tempat ini selalu nyaman untuk yang lainnya


p.s: siang terik dengan nostalgia

SuperMarket

Datang ketika tempat itu sedang sepi. Harap, merengek, iba, rendah diri memenuhi emosi ruangan ini.
senyap


Wanita berwajah babi mondar-mandir


mengintip kodrat wanita




berharap menjajakan tubuh segar


Kepalsuan yang dibuat-buat


p.s : bosan belanja

Rabu, 21 September 2011

Tiur

Dia si masa lalu datang lagi
Tidak berubah sama sekali
Tetap menawan dengan wujudnya
Berbeda dengan aku
TErtelan gaya kosmopolitan
Berpendar kelam dengan angan-angan
Dia si masa lalu tau aku berubah menjadi liar
Tetapi satu yang dia tidak tau
Aku masih menyimpan cinta untuknya...

"kamu berubah ti, ga kaya dulu"
Aku menghirup dalam rokok ditanganku "kamu memang maunya aku gimana?. Jangankan 5 tahun hitungan detikpun orang bisa berubah"
Aku lalu mematikan rokokku. Sempat beberapa detik aku memberanikan diri memandang pria yang duduk didepanku.
Dia memang belum berubah, masih tampan dengan kesederhanaanya.
Banu yang aku kenal memang sepeti itu, tidak perlu dia menampilkan terlalu terang. Sosoknya sudah sangat menarik.
Tetapi satu yang aku benci, dia terlalu lemah dengan kebaikannya. Banyak kesalahan yang dia timbulkan karena terlalu naif dengan wanita. Padahal wanita bisa saja berbahaya jika dia tidak bertindak sedikit keras.
Walaupun begitu, tetap saja aku takut. Takut perasaanku kembali ada untuk dia, dan memori 5 tahun lalu kembali nyata dipikiranku.

Cerita Singkat Rasa

Hari itu aku bertemu dengannya, pertama kalinya. Ketika dia memblokade jalanku dengan sepedanya, "Permisi" katanya sambil terseyum singkat.Rambutnya yang dibiarkan sedikit panjang, pada saat itu tertiup angin pelan. Membuatnya cukup menarik.
Kedua kalinya aku melihatnya ketika aku menegur temanku, dia ternyata temannya temanku. Aku hanya tersenyum dan dibalasnya senyuman yang sama dengan pertama kali aku bertemu. Aku tidak sadar mulai memperhatikannya, walaupun aku tau aku bukan wanita yang menarik hati pria dengan sekali tatap.

Aku mulai berkenalan dengannya, di sela-sela waktuku beristirahat dari kegiatan formal yang membosankan. Dingin, itu pendapatku pertama kali berbicara dengannya. Hanya menjawab beberapa kata saja untuk pertanyaanku yang panjang. Aku hanya sebatas kagum, tidak mempermasalahkan sedikit arogansinya. Mulai terbuai dalam hayal kebersamaan dengannya.

Ah! Aku mengutuk rasa kagum yang kilat berubah menjadi suka. Memang belum sangat suka, tapi cukup membuatku gila dengan sosoknya. Belum cukup terlalu suka, karena aku masih ingin ada batasan. Tidak mau terlalu memaksakan dirinya untuk dekat denganku. Sadar dunia kami berbeda membuatku lebih tertata. Juga tidak berharap kami seperti hujan dan teduh, yang dapat membuat iri para pelihat.

Aku melihatnya hari ini, terlalu dekat. Kami sama-sama bisu bagai boneka. Hanya duduk saling berhadapan tetapi tidak dapat melihat jelas diri kami satu sama lain, kami berbeda. Aku sendiri tidak tau bagaimana cara bersentuh rasa dengannya. Walaupun hasrat telah menggebu, hanya diam membosankan. Aku bersedih, inikah realita yang aku harap-harapkan, rasa suka yang sakit. Setiap bertemu dengannya hanya ada rasa ambigu. Hah !

Aku menyerah...

p.s: maaf untuk rasa yang tidak dapat dipenuhi

Kenapa Menulis Ini

"kenapa dia melihatku?"

"kenapa dia tersenyum kearahku?"

"kenapa dia perduli denganku?"

"kenapa aku bisa menyukainya?"

"kenapa dia tidak lagi ramah?"

"kenapa dia menyukai temanku"

Jawaban yang hanya bisa diduga-duga, "mungkin" selalu ada di awal kata dalam jawaban.

"kenapa mereka berduaan?"

"mungkin, mereka sedang membahas nafsu"

Selalu, selalu diidentikan seperti itu. Memang tidak ada yang tau jawaban pasti. Karena mereka tidak berada di dimensi sama.

p.s: bosan kenapa

Ideal

ketika berumur 17 tahun
"kapan lulus sekolah?"

Berumur 22 tahun
"kapan lulus kuliah?"

berumur 25 tahun
"kapan nikah?"

berumur 35 tahun
"nanti jadi perawan tua lo..."

Dan banyak tuntutan lainnya bahkan dari orang yang tidak terlalu penting dengan kehidupan kita. Yang lebih ngebingungin lagi mereka yang ikut menuntut bahkan tidak melalui fase itu.
Kadang pengen coba ngomong sama mereka, "memang gampang kuliah" untuk mereka yang menuntut tapi ngga punya kesempatan kuliah
"memang gampang cari jodoh yang bener-bener pas untuk kehidupan berkelanjutan" untuk mereka yang menuntut menikah sedangkan kehidupan pernikahan mereka sendiri hancur.
Atau mau gitu mencari dunia yang ngga terlalu repot sama hal ini hal itu, sesuka-suka kita aja ngejalanin hidup yang memang menjadi batas ideal masing-masing individu.