Rabu, 20 April 2011

Itu Hanya Lembaran Kertas

Aku baru tau kalau uang itu bisa membuat sesuatu yang buruk menjadi indah, sesuatu yang biasa menjadi istimewa dan sesuatu yang bermental menjadi hina…


Itu hanya lembaran kertas

Minggu, 17 April 2011

Temui aku nanti, di masa depan

Jangan temui aku saat ini…

Aku masih ingin bebas

Aku pun tau kau masih bisa menemukan yang lain untuk menemani hari-harimu

Jangan temui aku saat ini…

Aku takut mengulang masa lalu ketika denganmu dulu

Kita belum ada kesempatan indah

Temui aku di masa depan, aku mohon…

Ketika kita sama-sama siap berpegangan tangan melewati semuanya

Ketika kita sama-sama siap melihat wajah tua masing-masing

Dan ketika kita sama-sama siap dengan sisa waktu nanti

Aku Hanya Bocah

Aku tidak bisa memilih, tetapi kalian masih bisa memilih. Kalian masih bisa hidup lama, sedangkan aku tidak tau kapan akan mati. Aku tau orangtuaku yang menurunkan virus ini, tetapi aku yakin mereka sangat menyesal telah membuatku seperti ini, bahkan mereka meninggal pun karena virus ini.

Tetapi kenapa kalian tega denganku, bocah 7 tahun yang dibiarkan sendiri setelah orangtuaku meninggal. Tidak taukah kalian jika hanya besentuhan denganku, jika hanya bermain denganku, jika hanya menyelimutiku ketika dingin, jika hanya memberikan aku makanan dan jika hanya mengasihani aku tidak akan tertular virus mematikan ini.

Sudah tertutupkah mati hati kalian semua, melihatku bermain hanya dengan ji’i anjingku setiap hari. Dan sudah tidak ada rasa ibakah kalian ketika hari hujan aku meringkuk mencari tempat hangat yang nyaman. Aku benar-benar kesepian disini, hanya ji’i yang menemaniku. Aku hanya bersahabat dengannya, tetapi aku mau bersahabat dengan kalian juga.

Aku hanya bocah, aku membutuhkan teman bermain, orang-orang yang perduli kepadaku, orang-orang yang menyayangiku, aku ingin itu semua. Aku ingin itu menjadi memoriku sampai aku mati nanti. Ayolah… iba sedikit dengan ku, aku berjani kalian tidak akan sama denganku. Sama-sama mempunyai penyakit HIV.

Itu Hanya Sementara

Lagi-lagi hujan gerimis dating tiba-tiba. Aku membawa anakku berteduh di depan toko matrial bangunan yang hanya buka ketika siang hari. Tiba-tiba melintas sepasang suami istri yang terlihat seperti pemulung, suaminya mendorong gerobak yang berisi barang bekas dan tidak hanya itu ada seorang anak lelaki seumuran anakku yang tidur diatas barang-barang bekas itu.

“bu lihat… kenapa anak itu tidur diatas gerobak dengan barang-barang kotor?” Tanya anakku polos yang wajar saja karena dia baru berusia 5 tahun.

“anak itu lelah sayang…” kataku sambil membelai kepala anakku

“kenapa dia tidak tidur dirumah sama seperti aku bu?” tanyanya lagi masih memandangi sepasang suami istri dan anak yang mereka bawa di gerobak

Aku tersenyum dan menjawab, “tahukan kamu nak, bahwa tidak semua orang bisa memiliki rumah. Bahkan hanya untuk sebuah kenyamanan”

Begitulah penggambaran diriku dulu bersama dengan orang tuaku, kami harus sama-sama berlari ketika gerimis mulai turun karena takut hujan lama-lama akan turun dengan deras. Aku menangis karena melihat bapak dan ibu harus merendahkan harga diri ketika berjualan makanan hasil buatan kami bersama-sama. Tetapi aku merasa berbeda sekarang, aku bisa menghadapi cobaan hidup dengan ikhlas.

Aku Rindu Bus Itu

Aku menaiki bus jurusan Jogja pada tahun yang telah silam, pada saat itu aku belum tau pasti apa tujuanku kesana. Aku menikmati detik-detik perjalananku.

Ketika aku berhenti untuk makan di warung sempit, ketika aku melintasi jalanan yang masih rusak dengan pemandangan gunung berbatu, melewati sawah-sawah luas di Cirebon dan malam sunyi ketika sampai di jogja.

Sesampainya disana pun aku langsung terlelap di kamar yang telah aku pesan terlebih dahulu, tidak teringat dengan sosokmu si masa lalu.

Esok harinya, hari yang cukup padat. Lagi-lagi aku tidak ingat denganmu, tetapi ketika malam aku sedikit ingat tentangmu, orang yang paling sabar dulu di masa lalu.

Hari ini aku mengingatmu jelas, kita janji bertemu. Sebentar… sangat sebentar, aku dan kamu hanya sempat berbicara hal yang tidak terlalu penting. Tapi entah mengapa hari ini menjadi sangat penting dalam kehidupanku.

Jujur saja, ketika kamu pergi dan aku pulang kembali ke kotaku. Aku sempat menangis, dan tidak lagi menikmati perjalanan pulangku. Yang aku ingat setengah hatiku hilang di jogja ketika kita berpisah. Aku merindukan bus itu sekarang, setelah beberapa tahun telah lewat.

Jumat, 15 April 2011

Matilah Dengan Sakitmu...

Aku mendengar kabar bahwa pria itu telah sakit parah. Aku terseyum menang. Dia pria yang menghancurkan hidupku terutama perasaanku. Aku tau dia lebih pantas menjadi bapakku tetapi aku sangat menyukainya.


Aku adalah seorang pramuria yang telah lama bekerja di club yang ada di pinggiran kota. Suatu malam dia datang sendiri, terlihat muram.



“selamat malam pak” aku menegurnya ketika dia duduk di salah satu meja di dekat pintu.


“selamat malam, tolong berikan aku minuman apa saja yang membuat aku bisa melupakan masalahku” katanya pelan


aku melihatnya, dia memang tua tetapi dia masih terlihat tampan.


Aku memberikan minuman yang sering aku berikan untuk tamu favoritku. Setelah minum dia pergi.



Keesokan malamnya dia datang lagi, dan meminta minuman yang sama seperti kemarin. Sejak saat itu dia sering datang ke club. Dan selalu aku yang menemani dengan minuman yang sama. Lama-lama hubungan kami bisa dikatakan lebih dari sebatas pramuwisma dan pengunjung. Dia menemani malamku juga.


Tetapi hari ini dia datang berbeda seperti biasanya, dia berkata lelah menjalani dua hubungan. Aku merasa kecewa dia memutuskan begitu saja. Aku membutuhkan dia, aku merasa satu dengannya. Aku menolak untuk melepaskannya, dia berbalik marah. Dia mengataiku wanita murahan, bahkan tidak bernilai. Aku terkejut dengan perkataanya itu, aku merasa marah. Dan dia telah melenyapkan harga diriku dihadapannya. Aku menyuruhnya datang esok hari untuk menyelesaikan masalah ini. Aku terlalu lelah malam ini.


Dia datang tepat waktu, aku memberikannya minuman yang biasa. Tetapi malam ini aku membuatnya mabuk, sama seperti permintaannya di hari pertama. Setelah dia benar-benar ambuk, aku menyuntikannya darah itu, darah yang sering orang takutkan. Darah yang telah terjangkit AIDS. Aku merasa lega.


Akhirnya sekarang aku tau dia telah terjangkiti penyakit mematikan itu. Jika tidak aku yang memilikinya tidak juga dengan orang lain.


Sekarang saatnya aku yang mengakhiri hidup, setelah merasakan sensasi kesenangan akan penderitaanya. Aku memutuskan untuk bunuh diri.


Selasa, 05 April 2011

Aku Pembunuh

“kamu tidak boleh membenci bapakmu,” banyak orang yang berkata seperti itu

bahkan ada yang berkata “pantas saja kamu dihukum”

Aku hanya tertawa mendengar mereka berkata seperti itu. Aku memang membunuh bapak kandungku, membakarnya hidup-hidup ketika dia sedang terlelap tidur. Aku tidak merasa menyesal karena membunuhnya. Dan aku tidak memperdulikan omongan mereka yang mencelaku, mereka tidak tau apa alasanku membunuh.

Dibalik wajah ramah bapakku terhadap orang lain, dia pria jahat yang suka menyakiti ibuku. Terkadang aku pun menjadi sasaran kemarahannya, dia sering melempar barang ke arah kami jika kami melakukan kesalahan. Dia mengatai ibuku wanita jalang. Seperti malam itu sebelum aku membunuhnya, dia memukuli ibuku dengan sangat kasar. Dia melempari ibuku dengan masakan yang ibuku masak dan tidak hanya itu dia menyiram ibuku dengan kopi yang baru saja aku buat. Aku marah dan aku merasa saatnya aku membuatnya merasakan apa yang aku rasakan selama ini di dalam hati, tetapi dia harus merasakan dengan fisiknya.

Aku menyiramnya dengan minyak tanah, saat itu ibuku sedang pergi keluar. Ketika dia terbakar dan berteriak meminta tolong aku hanya melihatnya dengan tatapan puas. Aku senang karena tidak akan ada lagi yang menyakiti ibuku.

"maafkan ibu nak, tidak bisa membuatmu menjadi wanita yang kuat dan tegar. Dan membuatmu menjadi pembunuh" kata ibuku ketika menjengukku dalam penjara.