Kamis, 23 Agustus 2018

Cimuy

Punya adik cowo beda usia 11 tahun ini plus minus.

Flash back ya...

Dulu adikku yang biasa dipanggil Cimuy di lahirin pas aku kelas 6 SD. Jadi waktu dilahirin aku biasa-biasa aja, ga begitu excited. Wajar kan yaa, aku masih yang cuek ga gendong dan ngemong-ngemong.
Cuma memang dari masa masih dikandungan, aku yang paling sering ngajak ngobrol Cimuy. Apalagi kalau misalnya dia lagi bergerak pasti aku seneng banget.
Nah karena adik satu-satunya dan dari kecil kita di ajarin untuk saling perhatian, aku jadi kadang-kadang over protective sama Cimuy.
Dibanding kakaku, adikku lebih segan sama aku. Tapi hal ini yang ngebuta dia takut kalau ngajak bercanda apalagi kalo soal Cewe.
Karena setiap dia diganggu atau aku denger ada cewe yang ngedeketin dia aku selalu nanya-nanya, yang tanpa disadari malah tambah ngebuat dia takut dan males cerita.

"Siapa yang gangguin kamu? sini aku datengin"
"Siapa cewe yang deketin kamu? aku liat dulu"

Sampe akhirnya ibuku bilang, Cimuy takut cerita sama aku karena takut beneran didatengin orang-orang itu. Hahahaha

Nah saat ini Cimuy udah mulai kuliah, diluar kota yang untungnya beda jarak 2-4 jam aja.
Aku ikut seneng karena kampus ini adalah impiannya dia dan dengan kerja kerasnya dia bisa masuk kesitu, oh ya! ditambah dia memang bisa ngebanggain keluarga.

Tapi yang jadi masalah adalah rumah jadi sepi banget ga ada Cimuy, ga ada yang main bola sambil teriak-teriak, ga ada yang bantuin ngabisin makanan, ga ada yang bisa dimintain tolong nganter-nganter, ga ada yang bisa dicium pucuk kepala asemnya.

3 hari semenjak dia pergi dari rumah buat kuliah, aku nangis terus kalo inget Cimuy. Kaya lebih kehilangan moment-moment yang sebenernya kecil tapi ternyata impact nya besar.
Ada satu yang paling aku sesalin dalam moment tumbuh bersama Cimuy. Jadi pas zaman dia masih SMP kan ada ekstakulikuler setiap sabtunya, berhubung dia belum bisa naik motor jadi dia selalu minta anterin jam 7 pagi.
Kebayangkan buat lebah pekerja, weekend itu harta yang berharga. Apalagi kalau bisa tidur sampai siang dan ga bangun pagi.
Jadi setiap mau nganterin selalu ada drama, aku marah-marah dan cimuy selalu diem. Dia anaknya bisa nerimaan.
*BRB ELAP AIR MATA
Hal ini yang selalu bikin aku sedih, coba aja aku bisa ngulang waktu aku mau setiap weekend nganterin dia tanpa diminta.

Sampai kemarin-kemarin (baru-baru ini), aku pulang kerumah nangis dan cerita ke ibuku kalau aku kangen Cimuy dan penyesalanku.
Terus tanpa disangka ibuku cerita
"iya Cimuy bilang sama Ibu, ini fase kehidupan ya bu. Aku kuliah habis itu kerja jadi ga bisa dirumah terus"
Disitulah aku sadar kalau Cimuy bukan anak kecil lagi dan emmang harus mengiklaskan dia maju berjuang buat kehidupannya.

Intinya memang pepatah yang bilang
"Sesuatu itu baru terasa berharga setelah kita kehilangan"
Syukuri segala kondisi dan hargai waktu karena ga bisa diulang cuma jadi kenangan atau mungkin penyesalan.

Sekarang aku berusaha ngga terlalu over protective sama Cimuy, karena jauh juga aku berusaha jadi kakak yang baik. Walaupun kadang dia masih nyebelin... hehe

p.s : semoga kita bisa makin menghargai semuanya yaa biar menambah kenangan mengurangi penyesalan.

Sabtu, 18 Agustus 2018

Hampir Depresi

Well hello (again)

Setelah sekian lama ga nulis di blog ini, aku kembaliii lagiiii.
Bingung sih mau nulis apa karena ga banyak yang bisa diceritain.
Keseharian masih sama, belum ada yang berubah.

Hmm... ok aku nulis hal random aja ya.
Akhir-akhir ini aku ngerasa dimasa sedikit (muak) dan feeling depressed.
Gimana disini masalah personal seseorang bisa jadi masalah semua orang.

"Kapan lulus kuliahnya?"
"Kerja dimana?"
"Kapan Kawin? kok ga undang-undang?"
"Udah punya anak berapa?"
"Kapan nambah anak? kasian loh anaknya ga ada temenya"
"Yakin ga mau nambah lagi? masa cuma 2 sih anaknya"
Dan pertanyaan-pertanyaan yang sebenernya SANGAT PERSONAL dan SANGAT MENGGANGGU !

Yang sangat bikin emosi adalah ketika pertanyaan di lontarkan tanpa bisa memberi solusi dan tanpa mau tau usaha kita memperjuangkan biar hal itu bisa diwujudin.
Ini bener-bener bikin aku kadang merasa, andai aja aku tinggal di belahan dunia lain yang dimana orang-orang bisa cuek sama masalah orang lain. SERIOUSLY !

Ga heran akhirnya banyak yang menarik diri dari lingkungan sekitar untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang cuma bikin berakhir suram.

Untuk orang-orang yang mempertanyakan itu kepikiran ga sih:

Pertanyaan : "Kapan lulus kuliahnya?"
Fakta : Orang ini bisa sampe ga tidur untuk nyusun skripsinya dan bahkan kesehatannya kadang ga terjaga
Ironi : Maaf yang nanya ini belum pernah ada pengalaman skripsi

Pertanyaan : "Kerja dimana?"
Fakta : Orang ini bisa sampe ngilangin semua rasa malunya hanya untuk dapetin kerjaan buat menghidupi keluarganya
Ironi : Maaf yang nanya ini sebenernya juga ga ada kerjaan, jadi nanya juga cuma buang-buang waktu

Pertanyaan : "Kapan Kawin? Kok ga undang-undang"
Fakta : Orang ini baru ngerasain rasa sakit hati karena dikecewakan atau karena hati-hati biar ga salah pilih keputusan
Ironi  : Orang yang nanya ini juga sebenernya ga bahagia sama kehidupan rumah tangganya

Pertanyaan : "Udah punya anak berapa?"
Fakta : Kepikiran ga sih kalau yang ditanya ini udah usaha semaksimalnya bahkan bisa sampe ketenaga medis seperti bayi tabung yang super mahal cuma belum berhasil
Ironi : Orang yang nanya ini sebenernya percaya sama tuhan ga sih ya? tau kan kalau keturuan (anak) itu merupakan salah satu rezeki dari tuhan. Tuhan yang menentukan kapan kasih kita rezeki itu

Pertanyaan : "Kapan nambah anak? kasian loh anaknya ga ada temenya"
"Kapan nambah anak? kasian loh anaknya ga ada temenya"
Fakta : Kembali ke Fakta diatas 
Ironi : Kembali ke ironi diatas

Itu hanya beberapa hal yang bisa di jabarkan.
Pingin rasanya mengalahkan semua itu, pingin banget!
Nah makanya mungkin ketika hal itu sudah semakin parah nanti, aku akan mengambil keputusan besar. Pindah lingkungan!
Aku berjanji sama diriku sendiri, yang terpenting aku mau membahagiakan diri sendiri tanpa mengecewakan orangtua, kakak, adik dan semua yang pure sayang sama aku.

p.s : Senang rasanya bisa kembali menulis dan sementara untuk menghilangkan rasa suram aku menarik diri dari social media yang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman.
Maafkan kalau tulisan ini penuh rasa emosi tetapi ini mungkin bisa menyuarakan perasaan beberapa orang.