Senin, 27 Februari 2017

153 Hari

Aku kembali menghela nafas.
Ditengah rutinitas tidak bisa juga menghalau pikiranku melayang ke arahmu.
Rasanya sesak dan sedih.

Coba kuhitung sudah berapa lama kita tidak bertukar kata dan tidak bertatap mata
153 hari...
Tepat sampai hari ini.

Sudah berjanji ke diri sendiri, ikhlaskan...
Sudah dijalan yang berbeda
Tapi sulit...

Masih saja semuanya jelas diingatanku
Masih saja diam-diam aku menangis
Masih saja diam-diam aku rindu denganmu



p.s : Ingin bertemu lagi di Ulen Sentalu 280916


Minggu, 26 Februari 2017

Ziarah

Satu lagi film yang menurutku bagusnya ga bakalan bikin kita bosen untuk nonton, berawal dari Plaza Indonesia film festival yang menayangkan salah satu film terbaik versiku yaitu Ziarah.

Dari judul banyak yang bertanya-tanya, horor ya? serem ga? apa kaya film Keramat (salah satu film horor yang ga pernah mau aku tonton)?

"Jangan terkecoh dengan judul..." jawabanku hanya itu.

Diawal film memang sedikit horor karena adanya scene seperti menguburkan orang lain.

Plotnya sebenernya simple banget, seorang wanita tua yang namanya Mbah Sri yang berusaha mencari makam suaminya yang merupakan salah satu pejuang 1945. Dari satu tempat ke tempat lainnya dengan tujuan bisa dipersatukan dan "tidur" bersebelahan dengan suaminya suatu hari nanti.
Karakter Mbah Sri sendiri disini ga banyak dialognya, tapi yang bikin trenyuh adalah akting nya.

Mungkin di awal film akan ngerasa sedikit bosan karena plot yang terkesan lambat, tapi dari pertengahan sampai akhir... LUAR BIASA!
Dan ketika selesai nonton pasti akan ngerasa ga nyangka, begitu juga dengan aku yang ngerasa kaya gitu. Sampai hari ini aku merasa "rindu" dengan Mbah Sri. Pingin nonton lagi rasanya.

Nilai plus kenapa aku bisa jatuh cinta sama film ini adalah dialog yang menggunakan bahasa Jawa (bahasa kampung halaman), akting yang sangat keseharian, aktor-aktor yang belum terkenal tapi punya kualitas yang menurutku lebih daripada aktor yang sudah terkenal, jalan cerita yang sederhana, selipan sejarah-sejarah.



Oke, dikarenakan aku ga mau spoiler sama isi ceritanya, jadi semoga semuanya yang tertarik bisa langsung nonton.

p.s :selamat menonton dan siap-siap merasa rindu dengan Mbah Sri :)

Sabtu, 11 Februari 2017

Stay Classy

*Dikarenakan bingung apa kalimat pembuka yang baik mari kita langsung ke bahasan yang dimaksud.

Ok... ini cerita yang baru-baru aja terjadi sih (baca: Jumat kemarin jam 11 siang)
Lagi ditengah-tengah ngerjain kerjaan yang bikin mumet tiba-tiba pas cek HP ada direct message di Instagram dari entah siapa yang belum kukenal.
Setelah baca isinya langsung mendadak mules.

Isinya adalah kalimat-kalimat kemarahan yang menjurus kurang sopan & hinaan a.k.a bahasa gaulnya Pelabrakan seorang cewe ke aku karena dia ngerasa aku ganggu cowonya.

Kenapa aku mules?
Bukan... bukan karena aku ngerasa aku seperti yang diomongin.

Kita ga usah ngebahas apa isi pesannya yaa... yang jelas isi-isi kalimat pada umumnya. Isi kalimat yang di tulis dengan orang yang sedang emosi dan belum bisa berpikir jernih.

Aku mau sharing bukan cari pembenaran tapi buat pelajaran aja disini.
Mungkin kalau kejadian ini kejadian di beberapa tahun belakang waktu kuliah aku akan super emosi buat bales isi pesannya. Tapi aku rasa saat ini aku udah ketuaan untuk beradu argumen sama hal yang jelas-jelas aku paling ga suka kaya gini.
Dari dulu aku percaya sama soal perasaan cuma ada dua hal IYA apa NGGAK.
Maksudku kita ga perlu ribut-ribut, apalagi kl sampe berantem sama orang lain cuma karena masalah lawan jenis. 
Karena pada akhirnya perasaan itu ga bisa ada ditengah-tengah kan, kita minta bisa minta penjelasan dulu dan ketegasan.

Jadi di kasus ini, dimulai dari 2 tahun yang lalu. Aku kenal sama cowo ini, itu pun kenalnya di Instagram dan bahkan GA PERNAH KETEMU SAMA SEKALI.
Nah kita seperti temen biasa aja, ga ada yang spesial. Aku juga ga ada niatan yang menjurus kenal dia lebih jauh.
Tapi diantara kekesalanku adalah karena cewe ini bawa-bawa (alm) kakekku, padahal topik itu aku omongin ke cowonya hanya sebagai sebuah jawaban dari cowonya.
Disitu aku juga udah jelasin kalau yang duluan kirim direct message itu cowonya.
Lalu dia bilang ini bukan pertama kalinya cowonya berurusan dengan cewe lain dan dia bahkan bilang udah mau nikah sama cowo ini.

Kasian kan...
Berarti cowo ini yang sikapnya cenderung tebar pesona (tp) tapi giliran ada masalah si cowo ini akan ngelempar masalah ke cewe lain.
Anyway... ini cuma asumsiku sih. Aku ga mau cari tau lebih jauh.

Dan berakhirlah aku cuma bisa bilang "Sabar ya Mba" dan aku pun block si cowo maupun si cewe untuk mendapatkan kedamaian.

Oh ya! ada 1 hal lagi. Si cewe mempermasalahkan aku yang ngomong "aku-kamu" sama cowonya.
Aku jelasin kalau aku anak daerah (bukan asli Jakarta) jadi kebiasaan bahasanya gitu.
Karena lagi emosi si cewe ini bilangin aku Anak Kampung. Ya aku bales aja dengan penuh kebanggaan "Iya Mba, aku memang dari kampung"
Untuk hal ini sih aku ngerasa lucu, pemilihan kata ganti orang memang penting ya bua kehidupan di Jakarta.
Lagipula aku  memang orang kampung dan ga suka mengaku-ngaku orang kota tapi gaya bicara seperti orang yang ga terpelajar.


Aku harap sih semua ga ada masalah lagi, disini juga aku berpikir untuk intropeksi diri. 
Karena apapun kejadian pasti ada alasan kan, begitu juga hal kaya gini. Ga cuma mereka tapi disikapku juga pasti ada yang keliru.

p.s: Semoga mereka berbahagia dan semoga cewenya sadar kalau lagi marah-marah ga baik buat bawa-bawa keluarga terutama dia ga kenal sama orang lain itu.
*Aku ngerasa bersalah sama (alm) kakekku karena ikut kebawa-bawa di masalah yang gapenting kaya ini :(

Minggu, 05 Februari 2017

Signal

15 Tahun
Kau menghilang tanpa kabar
Terakhir kita bertemu saat itu
Tilam ini masih setia terlipat rapih disudut ruangan
Terasa dingin dan sedikit lembab
dia rindu dengan empunya
Sama seperti diriku denganmu
Tapi bisa apa aku...
Usaha terbaikku hanya berbisik kepada angin yang berhembus siang atau malam
Berharap disampaikan kata-kataku untukkmu
"Pulanglah... mari lelap bersama"

P.S : rekam tidak bisa berhenti di lihat