Jumat, 15 April 2011

Matilah Dengan Sakitmu...

Aku mendengar kabar bahwa pria itu telah sakit parah. Aku terseyum menang. Dia pria yang menghancurkan hidupku terutama perasaanku. Aku tau dia lebih pantas menjadi bapakku tetapi aku sangat menyukainya.


Aku adalah seorang pramuria yang telah lama bekerja di club yang ada di pinggiran kota. Suatu malam dia datang sendiri, terlihat muram.



“selamat malam pak” aku menegurnya ketika dia duduk di salah satu meja di dekat pintu.


“selamat malam, tolong berikan aku minuman apa saja yang membuat aku bisa melupakan masalahku” katanya pelan


aku melihatnya, dia memang tua tetapi dia masih terlihat tampan.


Aku memberikan minuman yang sering aku berikan untuk tamu favoritku. Setelah minum dia pergi.



Keesokan malamnya dia datang lagi, dan meminta minuman yang sama seperti kemarin. Sejak saat itu dia sering datang ke club. Dan selalu aku yang menemani dengan minuman yang sama. Lama-lama hubungan kami bisa dikatakan lebih dari sebatas pramuwisma dan pengunjung. Dia menemani malamku juga.


Tetapi hari ini dia datang berbeda seperti biasanya, dia berkata lelah menjalani dua hubungan. Aku merasa kecewa dia memutuskan begitu saja. Aku membutuhkan dia, aku merasa satu dengannya. Aku menolak untuk melepaskannya, dia berbalik marah. Dia mengataiku wanita murahan, bahkan tidak bernilai. Aku terkejut dengan perkataanya itu, aku merasa marah. Dan dia telah melenyapkan harga diriku dihadapannya. Aku menyuruhnya datang esok hari untuk menyelesaikan masalah ini. Aku terlalu lelah malam ini.


Dia datang tepat waktu, aku memberikannya minuman yang biasa. Tetapi malam ini aku membuatnya mabuk, sama seperti permintaannya di hari pertama. Setelah dia benar-benar ambuk, aku menyuntikannya darah itu, darah yang sering orang takutkan. Darah yang telah terjangkit AIDS. Aku merasa lega.


Akhirnya sekarang aku tau dia telah terjangkiti penyakit mematikan itu. Jika tidak aku yang memilikinya tidak juga dengan orang lain.


Sekarang saatnya aku yang mengakhiri hidup, setelah merasakan sensasi kesenangan akan penderitaanya. Aku memutuskan untuk bunuh diri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar