Minggu, 17 April 2011

Itu Hanya Sementara

Lagi-lagi hujan gerimis dating tiba-tiba. Aku membawa anakku berteduh di depan toko matrial bangunan yang hanya buka ketika siang hari. Tiba-tiba melintas sepasang suami istri yang terlihat seperti pemulung, suaminya mendorong gerobak yang berisi barang bekas dan tidak hanya itu ada seorang anak lelaki seumuran anakku yang tidur diatas barang-barang bekas itu.

“bu lihat… kenapa anak itu tidur diatas gerobak dengan barang-barang kotor?” Tanya anakku polos yang wajar saja karena dia baru berusia 5 tahun.

“anak itu lelah sayang…” kataku sambil membelai kepala anakku

“kenapa dia tidak tidur dirumah sama seperti aku bu?” tanyanya lagi masih memandangi sepasang suami istri dan anak yang mereka bawa di gerobak

Aku tersenyum dan menjawab, “tahukan kamu nak, bahwa tidak semua orang bisa memiliki rumah. Bahkan hanya untuk sebuah kenyamanan”

Begitulah penggambaran diriku dulu bersama dengan orang tuaku, kami harus sama-sama berlari ketika gerimis mulai turun karena takut hujan lama-lama akan turun dengan deras. Aku menangis karena melihat bapak dan ibu harus merendahkan harga diri ketika berjualan makanan hasil buatan kami bersama-sama. Tetapi aku merasa berbeda sekarang, aku bisa menghadapi cobaan hidup dengan ikhlas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar