Minggu, 16 Mei 2010

Kayuhannya

Sepeda itu tetap dibiarkan dalam posisinya seperti hari-hari kemarin ketika aku melewati rumah itu. Ya, disana tinggal seorang gadis muda. Tinggal sendiri, dengan dunianya. Bagiku dan orang sekitarnya, gadis itu cukup menarik dengan semangatnya yang terlihat jelas. Tetapi entah mengapa akhir-akhir ini aku tidak melihatnya keluar dari dunianya, dia semakin terpuruk dengan kehidupannya sendiri.
Semula aku pernah melihatnya mengkayuh dengan kencangnya sepeda dari tempat ketempat, ketika ada kesempatan aku sempat bertanya dengannya
“mengapa kau kayuh secepat itu sepedamu?”
“aku sedang mengejar harapanku”
Jawaban singkat yang sempat membuatku iri, dia seorang gadis muda yang gigih dengan pengejarannya, sedangkan aku hanya menatap diam harapanku sampai harapanku menjauh.
Hari ini pun aku sempat terkejut ketika melihat gadis itu keluar dari dunianya dengan penampilan yang sedikit berantakan dan tidak terurus, tiba-tiba tanpa aku bertanya dia berkata dengan suara sedikit serak karena terlalu banyak menangis
“aku kehilangan harapan itu”
Entah mengapa aku juga merasakan kesedihan gadis itu, dan dia kembali masuk dengan sempat melempar senyumannya yang tetap hangat tetapi dengan wajah yang muram.
Berhari-hari aku tidak melewati rumah itu sampai akhirnya aku melihatnya kembali mengkayuh sepeda itu tetapi dengan perlahan-lahan.
Aku kembali bertanya
“mengapa sekarang kau kayuh dengan perlahan?”
Dengan senyuman dan wajah yang berbinar dia menjawab

“aku ingin mengejar harapan baruku dengan perlahan, karena aku takut mengecewakan diriku sendiri jika hasilnya tidak seindah seperti kemarin”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar