Minggu, 04 November 2012

Berpisah dengan Damai

Lampu taman mulai menyala satu per satu, walaupun hari belum gelap.
Aku masih menunggunya disini, duduk sendiri dengan hembusan lembut angin sore.
Aku melihat jam ditanganku, dia terlambat lagi seperti biasanya

"hai, maaf sekali aku baru datang. Jalanan macet sekali"
Dan seperti biasanya entah dia berkata jujur atau tidak, aku hanya tersenyum mendengarnya.
"duduklah" aku memintanya duduk disebelahku
Sempat aku memandangnya beberapa menit, pria ini yang telah menemaniku selama hampir setahun. Aku menyayanginya, dan jujur saja ini pertama kalinya aku dapat menyayangi seseorang.

“apa yang ingin kau bicarakan, sayang?” dia memandangku dengan wajah penasarannya yang khas
Terlalu berat aku ingin mengatakan apa yang ada di pikiranku.
“Aku ingin kita sampai disini saja” Aku mengatakannya dengan tertunduk
Dia terlihat kaget dan segera mendekatkan diri kepadaku

“kenapa?” tanyanya memaksa
“Taukah kau, selama ini kebiasaanmu belum berubah. Kau masih menikmati kebohongan-kebohongan yang kau buat” jawabku tanpa berani memandangnya

Dia terdiam mendengar jawabanku.

“Ya, maafkan aku. Tetapi itu hanya kebohongan kecil” dia berkata pelan
“Kebohongan kecil tetap akan membuatku tidak akan percaya denganmu sepenuhnya” kataku berkeras.
“aku bisa berubah, ayolah… aku bisa seperti yang kau mau”
“berubahlah bukan karena aku tetapi karena kau sendiri” aku segera berdiri
Dia memelukku erat dan terus memohon.

“maafkan aku, semoga kita menemukan kembali jalan untuk bertemu lagi” kataku berbisik dan membalas pelukan eratnya lalu beranjak pergi.
Ya, terlalu berat melepaskan dia. Aku menyayanginya, tetapi aku memang tidak bisa bertahan dengan kebohongan yang disengaja.
Aku berjalan pelan, meninggalkannya sendiri. Sempat terdengar dia memanggilku, tetapi aku terus berjalan dan menahan rasa sedihku.

p.s : no one can survive with liars…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar