Rabu, 18 Desember 2019

Bebas !!!

Bebas...
Itu kata yang akhirnya aku rasakan juga.
Bebas dari hubungan toxic yang sering membuatku insecure.

Hubungan Toxic... sering sih aku denger kata itu dan sering juga baca-baca bagaimana isi hubungan itu. Tapi ga nyangka juga kalau akhirnya mengalami itu sendiri.
Ga ada hubungan yang dimulai dengan hal yang tidak indah.
Sama sepertiku, semua dimulai begituuu manis...
Kejutan romantis, kata-kata sayang, perilaku yang membuat berbunga-bunga.
Tapi itu semua fatamorgana untuk hubungan yang tidak sehat.

Iya... hubungan ini hanya bertahan sekitar 3,5 bulan.
Dipertengahan aku mulai merasa tidak nyaman, lelah seperti harus berjalan lebih cepat dari biasanya yang padahal tanpa aku sadari ya aku hanya berjalan di tempat.

"kalau memang dia sayang, dia akan serius mengikat dengan komitmen"
Kalimat itu yang disampaikan oleh salah satu teman priaku sebagai masukan. 
Bagaimana ga, selama hampir berbulan-bulan dia ga juga menyatakan arah hubungan ini kemana. 
Cuma teman tapi we act like a lovers.
Ya cewe mana yang mau bertahan di ketidakjelasan gini ya, mungkin kalau zaman kita sekolah masih mau senang-senang ga apa-apa.

Sampai akhirnya aku yang menanyakan, seperti salah satu prinsip hidupku.
Aku ga mau dan ga bisa maksa seseorang untuk stay sama aku...
dan dengan besar hati kalau dia memang cuma mau temenan ya ga apa-apa but stop act like a lovers.
Tetapi tanpa diduga dia menyatakan "kita pasangan".
OK aku pikir semua akan jauuuhhhh lebih baik dari segi komunikasinya yang dia suka ilang-ilangan, dari frekuensi ketemuan kita yang seminggu sekali dan setiap weekend dia selalu alesan ga bisa. 

Ternyata GA!
Lebih parah... dia bisa berhari-hari ilang ga ada kabar sekalinya berkabar dia ngajak nonton.
Setiap diajak ketemuan untuk sekedar ngobrol dia ga mau.

I feel like, he torture me slowly :(
Dalam seminggu aku hanya merasakan kebahagian dengan dia 1 hari, bukannya aku mau maksa dia untuk ketemu setiap hari. Aku tau dia juga lagi ada keperluan lainnya begitu juga aku.
Tapi ga berhari-hari juga hilang ga ada kabar. 
Kalau memang setengah hati, kenapa ga ngomong. Setidaknya Gentlemen gitu yaa, face the problem and finish it.
Kalau gini seperti cuma dia aja yang punya perasaan.
Selama 2 minggu aku merasakan kebanyakan sedih, tidak dihargai sebagai pasangannya aku mengambil langkah tegas. Yah kalau disuatu hubungan, cuma satu yang ngerasa nyaman, apa itu disebut hubungan?

Aku yang menyelesaikannya...
Dengan menyusun kalimat penuh pertimbangan biar dia ga salah paham atau tersinggung. Akhirnya aku kirim dan ga sampe 2 menit dia bales dengan kalimat yang jujur menyakitkan.
Aku bener-bener merasa ga dihargain bukan lagi sebagai pasangan tetapi sebagai perempuan.
Sounds Lebay? Sounds Drama?
Ga menurutku, karena disini melibatkan perasaan. Dan mungkin kalau dia pikir aku drama karena perasaanya ga sebesar aku ke dia.

Sebenernya kekecewaan terbesarku adalah, I thought i know him very well
Ternyata ga, kita kenal udah cukup lama tapi karena 3,5 bulan harus menjadi asing.
ya tapi aku ga mau playing victim ya, mungkin memang ada yang ga match sama aku. 
Dan mungkin memang dia masih menikmati waktu sendirinya yaa seperti alasannya.
Atau mungkin masih ada luka yang belum sepenuhnya sembuh.

Inilah akhirnya...
Tapi disetiap kejadian pasti ada hikmahnya ya.
Aku jadi lebih terbuka sama Ibuku, aku tau teman-teman deketku memang tulus dan ga pernah bosan mensupport bahkan mereka ga mau aku nangis lagi.
Aku pun kembali semangat nulis !!! :')

Yah...
Semoga ini sama-sama jadi pembelajaran. Untuk bisa lebih sabar dan ikhlas...
Aku berharap sih dia bisa lebih berani menghadapi masalah kedepannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar