Rabu, 02 Februari 2011

Waria

Aku pulang cukup larut malam itu, pekerjaan yang membuatku terpaksa pulang hampir tengah malam. Ketika aku sedang berjalan pelan, aku melihat sekumpulan pria melewatiku. Aku pun berjalan sedikit cepat. Tetapi ketika itu aku mendengar ada suara rintihan di sudut jalan yang diterangi cahaya remang lampu jalan. Aku semakin mempercepat langkah kakiku, aku takut.
Tetapi ketika aku berjalan semakin mendekati lampu jalanan itu, aku melihat ada seseorang yang tergeletak di bawahnya dan merintih kesakitan. Aku segera mendatanginya, aku sungguh tekejut melihat wajah wanita atau lebih tepatnya waria itu berdarah.
“tolong saya, mereka memukuli saya seperti memukuli binatang” katanya pelan
“mari ikut ke warung itu, saya mengenal bapak pemilik warungnya” kataku sambil membantunya berjalan
Sesampainya di warung, aku segera memesan segelas teh hangat untuknya
“terimakasih nona…” suaranya masih terdengar pelan
“maaf, mengapa bisa anda dipukuli tadi? Apakah anda melakukan kesalahan?”
“saya hanya melintas di depan mereka tadi, dan tidak sedikit pun ada kata yang keluar dari mulut saya. Tetapi mereka datang menghampiri dan memukuli saya”
“mengapa anda tidak berteriak meminta tolong? Saya yakin jika ada orang yang mendengar pasti akan membantu anda”
“serba salah menjadi saya, nona…” dia menangis
“tidak ada yang salah menjadi anda” kataku berusaha menghiburnya
“mereka selalu memperlakukan waria seolah-olah kami tidak patut dihargai, mereka selalu mebeda-bedakan kami. Kami sering dihina, dipukuli bahkan dikucilkan. Seharusnya mereka mengerti ini pilihan hidup kami, kami sama sekali tidak berniat merugikan siapa pun. Tetapi jarang ada yang mau menerima kami dengan kondisi yang apa adanya. Tidak jarang kami hanya dijadikan bahan lelucon. Tidak mengertikah mereka kami sama dengan mereka, manusia yang mempunyai harga diri dan perasaan” dia berusaha menhapus noda darah yang ada di bajunya
“aku mengerti dengan keadaanmu” kataku meyakinkannya
“terimakasih, seandainya banyak yang mempunyai pengertian seperti itu di luar sana”
* * *
Seminggu sudah malam itu berlalu, kabar yang terakhir aku dengar tentang waria itu. Dia meninggal karena dipukuli. Jujur saja, aku merasa sangat iba dengan waria itu, betapa kerdilnya orang-orang yang berlaku tidak adil terhadapnya.

p.s : TVRI mengulas Waria …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar