Minggu, 15 April 2012

Limbung

Sudah hampir 1 tahun aku menikah dengannya, tetapi masih saja aku belum sepenuhnya bisa mencintai suamiku. Pertemuan dengannya secara tidak sengaja yang mendekatkan kami.

Aku ingin jujur, aku memang tidak pernah mencintainya dari awal. Aku mencintai bapaknya. Siapapun akan kaget mendengar pernyataanku ini.

Bapaknya masih terlihat gagah walaupun sudah berumur setengah abad, memakai kacamata dan berwajah simpatik. Entah, sudah berapa lama aku menyukai bapaknya.

Sampai akhirnya aku dapat bertemu muka waktu malam itu. Seperti biasa bapak terlihat menarik, aku semakin menyukainya. Dan aku mencari kesempatan untuk berbicara dengan bapak, aku menikmati setiap menit yang kita lewati. Tetapi sayangnya, dia datang. Dia pria yang menjadi suamiku, datang mengaburkan setiap waktu yang aku usahakan untuk bapak.

Perasaanku campur aduk ketika bapak datang kepadaku menyampaikan niatnya untuk menjadikan aku menantu. Ingin rasanya aku berteriak, "aku menyukaimu pak, bukan anakmu". Aku menyanggupinya, aku berpikir agar bisa terus dekat pula dengan bapak, malam itu aku menangis sekeras-kerasnya. Keluargaku merasa heran, bukankah seharusnya aku bahagia.

Setiap harinya rasa cintaku semakin besar dengan bapak, bukan rasa cinta antara anak dan orangtua. tetapi rasa cinta untuk seorang pria. Aku berusaha untuk menutupi itu dengan berpura-pura sayang dengan suamiku. Aku selalu senang ketika dimana ada acara berkumpulnya keluarga. Suamiku bersyukur karena dia mengira aku bisa menyayangi bapaknya sama dengan menyayangi dirinya.

Malam ini sungguh kejadian yang tidak dapat diduga. Ketika aku datang mengunjungi bapak, rumah terasa sangat sepi. Ibu mertuaku sudah lama meninggal, sehingga bapak hanya tinggal dengan pembantu rumah tangga dan tukang kebun.

Aku melihat bapak duduk di teras belakang rumah. Duduk meminum kopinya. Dia tersenyum ketika melihatku. Kami berbicara banyak hal, sampai akhirnya dia menanyakan tentang keturunan. Aku berusaha menahan tangisku, aku ingin menyampaikan rasaku yang sudah lama aku rasakan.

Bapak diam, ini sangat aneh. Aku tidak sengaja menyampaikan perasaanku barusan. "Saya juga menyukaimu" katanya pelan tanpa menatap mataku. Tangisku langsung mendera begitu saja.

 ***

Sentuhan lembut bibir bapak masih terasa nyata, padahal kejadian itu sudah beberapa tahun berlalu. Aku menyimpannya begitu rapat.
Sekarang bapak sudah terbujur kaku didepanku, sebenarnya aku ingin pergi menyendiri. Aku terlalu perih melihatnya. Tetapi aku diharuskan melakukan peran sebagai istri yang baik, berusaha menguatkan suamiku yang bersedih ditinggal bapaknya.

Aku orang yang terakhir ingin pergi beranjak dari sisi pembaringan terakhirnya. Aku ingin menaburkan bunga yang sangat harum dan membisikan "Aku Masih Mencintaimu Pak".

p.s: Karisma Pria tua itu "M.N"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar