Jumat, 13 April 2012

Malaikat Untukku

"KEPARAT!!! sudah 2 malam kau tidak membayarku"
Aku mendengar ibuku berteriak tepat disebelah kamarku, dan hal ini sudah biasa bagiku.
Rumah sewaan yang tidak besar terbuat dari kayu, membuatku gampang mendengar bunyi sekecil apapun.
Ibuku tunasusila, bukan rasa bangga aku mengatakannya. Tetapi bukan pula rasa benci ketika aku mengatakannya.

Setiap malam aku mendengar lenguhan-lenguhan ibu bersama entah pria mana yang tidur bersamanya. Aku tidak merasakan sesuatu yang menjijikan, tetapi aku merasakan setiap lenguhan itu merupakan tangis ibuku yang tersamar. Bagi kau semua, ibuku bagaikan jalang yang kotor dan patut dihina. Bagiku ibuku merupakan malaikatku.

"biarkan saja orang mengatai ibu apa atau memperlakukan ibu seperti binatang. Mereka tidak tau apapun, mereka buta dengan khayalan hidup sempurna" kata ibuku suatu hari ketika aku menangis karena ibuku baru saja di hina.

Ibuku terpaksa bekerja seperti itu, asal kalian tau. Bukan karena keinginannya untuk bersetubuh terlalu besar. Bapak yang merupakan tukang ojek telah meninggalkan kami, alasannya mau mencari kerja didaerah lain. Klise, lalu dia hilang seterusnya tidak kembali. Jika kau bertanya, bencikah aku dengan bapak. Entahlah... yang jelas dia membuat ibuku menjadi hina di masyarakat.

Dibalik itu semua, ibuku tetap seseorang yang lembut, dan sangat melindungiku. Masih aku ingat dengan jelas, ketika ibu mengantar jemput aku bersekolah. Menggendongku jika kelelahan, membelikan minuman dingin ketika aku kehausan. Bahkan menampar seorang pria ketika mengatakan memilih aku untuk ditidurnya, lalu ibuku mengusir jauh-jauh.
"Akan kubunuh kau jika mendekati anakku" kata-katanya terdengar manis sekali.

Pernah suatu hari aku bertanya,
"masikah ibu mencintai bapak?"
Ibu tidak menjawab pertanyaanku dengan lisan, tetapi dengan air mata.

p.s: Melalui waktu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar