Minggu, 30 Januari 2022

Waktu dini Hari

Tiba-tiba dadaku terasa sesak
Keringat dingin mengucur deras
Tanganku gemetar, terasa kebas dan dingin
Nafasku bisa dihitung satu... satu... satu...
Tangisku pecah karena panik dan takut

Dengan putus asa aku mengingat-ingat siapa yang bisa membantuku
Lalu bayanganya muncul, pria yang tadi malam sempat bersamaku.

Menimbang-nimbang mengusir enggan
Nekad aku meneleponnya dengan tidak berekspektasi dia akan mengangkat

Bunyi nada sambung cukup lama, hingga akhirnya aku memutus sambungan itu.
Ternyata memang harus aku hadapi sendiri

Mencoba menenggak air putih tetapi perasaan panik tidak kunjung mereda

Selang 30 menit berlalu, getaran di handphoneku mengagetkanku
Seketika namanya tertera penuh dilayar handphoneku

"Mas tolong aku... aku tidak bisa bernafas" isakku dengan nafas tersengal tanpa berbasa-basi
"Kau kenapa? coba tenang dulu" Jawabnya dengan nada kaget dan panik
"Aku tidak tau Mas, tiba-tiba aku sulit bernafas lalu tanganku dingin gemetar. Aku takut Mas"
"Coba kau tenang dulu... ada air putih disekitarmu? coba minum pelan-pelan" katanya sudah menguasai intonasi yang lebih menenangkan
"Sudah Mas, tapi tetap saja aku susah bernafas" kataku masih dengan isak tangis
"Kau kenapa tiba-tiba seperti ini? Kau mau aku datang menemanimu? Atau begini saja, kau tunggu dan coba minum air putih. Aku akan siap-siap ketempatmu. Ada baiknya kita mencari sarapan dan minuman hangat"

Singkatnya tidak beberapa lama dia datang. Dengan ditemani kepulan asap rokok aku melihatnya duduk, segera aku datangi dengan tidak lagi hanya tanganku yang gemetar tetapi juga tubuhku.
Dia memandangiku, aku membalasnya dengan sisa-sisa air mata masih menumpuk.
Lalu dia mengulurkan tangannya untuk meminta tanganku memegangnya

"Kau masih gemetar" katanya singkat
Lalu buru-buru dia mengajakku berkeliling, dia lontarkan candaan yang tidak ayal menghiburku.
Kami berjalan beriringan dari gelapnya pagi buta hingga matahari mulai memancarkan cahaya serta menguarkan panasnya.
Rasanya ringan dan menyenangkan

Lalu dalam hitungan beratus-ratus jam kami pun berpisah...

p.s : Tulisan ini aku buat ketika mengingat-ingat tentang jalan pagi serta udara Jogja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar