Kamis, 28 Januari 2010

Cita-Cita Bernada mengejek

Nama saya Tejo
Saya lahir di pinggiran kota. Sekarang saya sudah dewasa untuk berfikir maju dan saya mempunyai cita-cita yang sangat tinggi, oleh karena itu saya sekarang mencari peruntungan di ibu kota.
Dulu ketika saya masih kecil saya ingin menjadi guru yang mencerdaskan bangsa, lalu ketika beranjak remaja saya mengurungkan niat itu. Dan saya beralih ingin menjadi seorang aparat negara yang berhasil menghukum kejahatan secara adil. Tetapi ketika saya sekarang dewasa, saya ingin menjadi Pejabat yang berhasil menduduki kursi singgasana di gedung mewah itu. Cita-cita itu di dorong dengan keinginan yang kuat setelah melihat tayangan-tayangan di berita, dengan diberinya mobil-mobil dinas yang mewah secara cuma-cuma, dan gaji beserta tunjangannya pun di naikan. Serta belum termasuk "plus-plus" ketika saya korupsi asalkan membayar sejumlah uang yang besar ke aparat yang cukup berkuasa, saya akan terlindungi. Dan akses-akses apapun menjadi mudah.
Saya sadar perubahan drastis cita-cita saya yang dulu sangat mulia berbanding terbalik dengan cita-cita saya yang sangat bobrok saat ini.
Tapi bukankah untuk uang hati nurani saya, dan etika serta akhlak baik yang selama ini diajarkan harus di singkirkan? Saya hanya bercermin dengan sekeliling saya saat ini, terutama orang-orang yang biasa di sebut dengan kalangan atas. Saya juga ingin merasakan nikmat seperti mereka !
Dan mengapa saat ini saya harus berakhir di penjara berlantai dingin hanya karena mengambil sedikit uang dari dana pengumpulan untuk perbaikan jalan. Sedangkan mereka yang melakukan korupsi besar-besaran yang sampai merugikan negara kenapa tidak bernasib yang sama dengan saya?
Apakah ini balasan untuk niat saya yang tidak baik karena bercermin dengan mereka yang bermental bobrok?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar