Minggu, 13 Juni 2010

Stasiun

Aku melihatnya di stasiun setiap pagi.
Ketika aku hendak pergi mencari nafkah dengan menggunakan kereta, aku melihatnya duduk di pojok stasiun. Diam dan terus memandangi kereta yang datang dan pergi, tampaknya tanpa niat untuk meninggalkan tempat itu.
Selama hampir 3 tahun aku melihatnya melakukan rutinitas bisu itu. Aku yang semula menganggapnya itu aneh, sekarang mulai terbiasa.
Wanita itu selalu mengenakan pakaian bewarna coklat, pakaian yang sama seperti kemarin-kemarin tetapi masih adlm kondisi yang baik, hanya warnanya saja yang semakin memudar.
Sampai akhirnya pagi itu dia tidak ada, sisi pojok stasiun tetap kosong. Karena rasa penasaranku, aku bertanya dengan salah seorang pengangkut barang
“dik tahukah kamu siapa wanita yang sering berdiri disana?”
“yang mana?” dia terlihat bingung
“yang sering berdiri di sisi pojok stasiun”
“oh. Saya juga kurang tahu tentang wanita itu kak. Tapi beberapa orang mengatakan bahwa wanita itu sedang menunggu suaminya”
“memang kemana suaminya? ”
“tidak ada yang tahu, tapi wanita itu pernah mengaku bahwa suaminya akan segera menjemputnya”.
Aku yang terkadang ingkar janji, baru mengerti bahwa wanita itu memegang teguh suatu janji. Seseorang yang sangat keras aku pikir. Walaupun dia tidak tahu kapan suaminya akan kembali datang menjemputnya.
Aku pun semakin yakin bahwa bagi sebagian orang janji adalah hal mutlak yang mesti ditepati. Dan janji dapat dianggap suatu hal yang berharga bagi diri sendiri maupun orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar